Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan
yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan
teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya
belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan
dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada
setiap siswa kita. Siklus belajar merupakan model pembelajaran
kontruktivisme yang dikembangkan oleh Robert Karplus dan Curikulum Improvenment Study (SCIS) dari
Universitas California, Berkeley tahun 1970-an (Dasna, 2005). Pada awalnya model ini memiliki 3 fase yaitu fase-fase
eksplorasi (exploration), pengenalan
konsep (concept introduction), dan
aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam
Renner et al, 1988). Walaupun istilah ini digunakan untuk ketiga fase ini
berbeda akan tetapi tujuan dan pedagoginya masih tetap sama. Model tersebut
selanjutnya dikembangkan dan dirinci lagi menjadi lima fase yang dikenal dengan sebutan model 5E yaitu Engage (invitasi), Exploration (menjelajahi/menyelidiki), Explanation (penjelasan), Elaboration
(pengembangan) dan Evaluation
(evaluasi). Setiap fase memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk
menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktivitas mental dan
fisik siswa serta strategi yang digunakan guru.
Dewasa ini perkembangan siklus belajar
model 5E menjadi model 7E yang menekankan transfer pembelajaran dari
pengetahuan awal. Kadang-kadang model pembelajaran harus dapat diubah
untuk mempertahankan nilai setelah informasi baru, wawasan baru dan pengetahuan
yang baru disusun. Dengan kesuksesan siklus belajar model 5E dan instruksional
(Bybee, 1997) yang meneliti tentang bagaimana orang belajar dari penelitian
mendengar dan mengembangkan kurikulum yang menuntut bahwa model 5E dapat
dipeluas lagi menjadi model 7E. Dari
siklus belajar model 5E ini dimana fase engage berkembang menjadi dua yaitu engage dan elicit.
Demikian juga halnya pada
fase elaborate dan evaluate berkembang menjadi tiga yaitu elaborate, extend dan evaluate. Sehingga
pada model 7E ini didapatkan elicit,
engage, explore,
explain, elaborate, extend dan evaluate. Perubahan ini
tidak untuk mempersulit tetapi untuk memastikan bahwa guru tidak mengabaikan
fase penting dalam pembelajaran.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang kognitif
sebagai suatu proses di mana siswa secara aktif membangun sistem makna dan
pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi (Suparno, 1997). Hal tersebut menunjukkan
bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi
siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri.
Sudjana (2002) mengemukakan bahwa guru menempati kedudukan sentral, sebab
peranannya sangat menentukan. Oleh karena itu, kualitas guru sangat menentukan
akan hasil pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran
yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif siswa dalam
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif itu berpusat pada siswa (student
centered) dan terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Berkaitan
dengan hal tersebut, pada saat belajar sains siswa harus secara aktif
mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau
dengan guru, atau secara popular sering dikenal dengan “hand-on and mind-on
activity” yang dapat diartikan bahwa belajar dilakukan melalui aktivitas
pengetahuan (knowledge) dan kerja praktik. Model yang demikian akan
lebih menekankan pada model pembelajaran yang berorientasi kehakikatan sains yaitu sebagai produk, proses, dan alat untuk mengembangkan sikap
ilmiah. Siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa
secara langsung dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model siklus belajar.
Model siklus belajar terdiri dari beberapa tipe
dan fase proses pembelajaran. Salah satunya adalah model siklus belajar
hipotetikal deduktif 7E. Model siklus belajar 7E memiliki beberapa kelebihan
antara lain: memotivasi siswa untuk mengingat kembali materi
pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya; memberikan motivasi kepada siswa
untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan; melatih siswa
belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen; melatih siswa untuk
menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari; memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan
contoh penerapan konsep yang telah dipelajari; guru dan siswa menjalankan
tahapan-tahapan pembelajaran yang saling mengisi satu sama lainnya; guru dapat
menerapkan model ini dengan metode yang berbeda-beda (Lorsbach, 2006; Huang,
2008).
Dalam ilmu
pengetahuan kognitif menunjukkan bahwa elicit merupakan fase penting
dari proses pembelajaran ditunjukkan bahwa siswa yang pintar adalah ahli dalam
mentransfer pelajaran daripada siswa yang baru belajar (Bransfort, Brown and
Cocking, 2000). Fase engage pada model 5E dimaksudkan untuk menarik
perhatian siswa dengan mengajukan pertanyaan dan menemukan pola pikir siswa
serta mengakses pengetahuan awal. Pada model 7E fase ini guru mengakses
pengetahuan siswa dan membangkitkan antusias siswa. Guru membangkitkan motivasi belajar siswa untuk tertarik dan siap untuk
belajar. Setelah mengetahui pengetahuan awal siswa maka guru mengajukan
pertanyaan mengenai konsep yang akan dipelajari, kemudian guru untuk menemukan
pengetahuan yang sebenarnya mengenai konsep yang akan dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar