Model
pembelajaran Project
Based Learning dengan Pendekatan STEM
Pembelajaran
berbasis proyek/project based learning (PBL) merupakan tradisi lama pada
sekolah umum di Amerika Serikat dimulai pada abad ke-19 dengan hasil kerjasama
Francis W. Parker dan John Dewey. Metode pembelajaran secara umum difokuskan pada dunia nyata (real-word),
berpusat pada siswa, saling berkolaborasi antara team, dan pembelajaran
berbasis proyek.
Untuk
memahami pembelajaran jenis ini, berikut dipaparkan terlebih dulu pembelajaran
berbasis proyek berdasarkan lembaga/tokoh pendidik sebagai berikut:
a) Pembelajaran
Berbasis Proyek menurut The George Lucas Educational Foundation
Project
Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran
yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Project Based Learning bermakna
sebagai pembelajaran berbasis proyek. Definisi secara lebih komperehensif
tentang Project Based Learning
menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai berikut :
a.
Project-based learning is curriculum fueled and standards based.
Project
Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran
yang menghendaki adanya standar isi dan standar kompetensi dalam kurikulumnya.
Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan
memunculkanpertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didikdalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat
berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsipdalam sebuah displin yang
sedang dikajinya (The George Lucas Educational Foundation, 2005).
b.
Project-based learning asks a question or poses a problem that each student
can answer.
Project
Based Learning adalah model pembelajaran yang
menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a
guiding question). Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki
gaya belajar yang berbeda, maka Project Based Learning memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara
kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu
menjawab pertanyaan penuntun (The George Lucas Educational Foundation, 2005).
c.
Project-based learning asks students to investigate issues and topics
addressing
real-world problems while integrating subjects across the
curriculum.
Project
Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaran
yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar
berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat pengetahuan
secara holistik. Lebih daripada itu, Project
Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik (The George
Lucas Educational Foundation, 2005).
d.
Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks to
explore complex issues.
Project
Based Learning merupakan pendekatanpembelajaran yang
memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukaneksplorasi, penilaian,
interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yangbermakna. (The George
Lucas Educational Foundation, 2005).
Langkah-langkah
pembelajaran dalam Project Based Leraning
sebagaimanayangdikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005)
terdiri dari :
a.
Start with the essential question
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik
b.
Design a plan for the project
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik diharapkan akan merasa“memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan
berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c.
Create a schedule
Pengajar
dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitasdalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu
cara
d.
Monitor the students and the progress of the project
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitaspeserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta
didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor
bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting
e.
Assess the outcome
Penilaian
dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukurketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya
f.
Evaluate the experience
Pada
akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerjaselama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap pertama pembelajaran.
STEM merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering and
Mathematic. Istilah STEM pertama kali dikenal tahun 1990-an. pendekatan STEM
juga dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
STEM dengan ilmu lain yakni Pendekatan yang pengintegrasian konsep desain,
teknologi dan rekayasa dalam pengajaran dan pembelajaran sains / matematika di
kurikulum sekolah. Pada umumnya pengintegrasian pendekatan STEM dapat
dilaksanakan mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi. Ini mungkin dilakukan
karena aspek pelaksanaan STEM seperti kecerdasan, kreativitas dan kemampuan
desain tidak bergantung kepada usia. Inisiatif pengintegrasian STEM dalam
kurikulum pendidikan di sekolah merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
minat siswa dalam bidang STEM. Pengintegrasian STEM tidak hanya dapat dilakukan
antara salah satu bidang komponen STEM tetapi juga dapat mengintegrasikan
antara komponen STEM dengan bidang ilmu lainnya.
Seorang pendidik
STEM adalah guru atau profesional lain yang mempersiapkan siswa untuk mencari
peluang yang terkait dengan bidang studi yang melibatkan matematika, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan rekayasa. Menurut Ihsanul (2015) “STEM merupakan
sebuah alat untuk bisa mengembangkan pola pikir dan mengasah pemikiran kritis
siswa. Meskipun difokuskan pada ilmu eksakta, tidak mengesampingkan unsur
sosialnya”. Sedangkan Nenny (2015) menyatakan “STEM merupakan sebuah metode
pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar ilmu dan pengaplikasiannya
didampingi dengan pembelajaran aktif berbasis permasalahan.”
Pendidik STEM
berkonsentrasi pada pembelajaran berbasis proyek dan bekerja ke arah problem
solving dan problem-posing, yang dapat melibatkan pengetahuan dan
kegiatan yang melintasi disiplin STEM, sehingga siswa dan guru bekerja sama dan
belajar lintas konten yang berbeda.
Melalui pendekatan STEM siswa akan
memiliki cara berpikir yang berbeda dan mengembangkan daya kritis dan membentuk
logika berpikir, sehingga bisa diaplikasikan di berbagai lini. Selain itu, para
siswa akan terbiasa memecahkan masalah dengan baik. Pendidikan berbasis STEM
akan membentuk SDM yang mampu bernalar serta berpikir kritis, logis, dan
sistematis. Contohnya dalam proses belajar dalam bentuk team work. Siswa pasti
akan berhubungan satu sama lain untuk memecahkan sebuah masalah.
Adapun
definisi penerapan sains, teknologi dan rekayasa dalam pembelajaran dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. Penerapan
sains, teknologi dan rekayasa dalam pembelajaran
Teknologi
|
Beberapa modifikasi alami yang
dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
|
Rekayasa
|
Pendekatan yang sistematik dalam
mendesain objek, proses dan system untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
manusia
|
Aplikasi dalam sains
|
Penggunaan ilmu pengetahuan untuk
tujuan khusus, untuk ilmu yang lain, untuk mendesain produk, proses atau
tindakan medis, untuk mengembangkan teknologi baru, atau untuk memprediksi
pengaruhnya pada manusia.
|
Kumano et al (dalam
Rustaman 2013)
Sedangkan National Research
Council (NRC) telah mengeluarkan standar-standar baru yaitu NGSS (Next Generation Science Standar) yang
mulai mengembangkan kerangka K-12 baru yang kaya akan misi dan praktek,
mengatur koherensi antara bidang ilmu dan tingkatan untuk memberikan paradigma pendidikan IPA secara international kepada
siswa. Di dalamnya terdapat tiga dimensi kerangka saintific dan praktek
rekayasa (engineering), irisan antar
konsep (crosscutting concept) dan ide
dasar bidang ilmu (disciplinary core idea).
Kerangka ini dirancang untuk mewujudkan visi pendidikan dalam sains dan engineering dimana siswa secara aktif
terlibat dalam praktek sains serta menerapkan irisan antar konsep untuk
memperdalam pemahaman dan ide dasar setiap bidang ilmu pengetahuan. Ide dasar
desain ini meliputi tiga komponen yaitu:
a.
Defining
and delimiting engineering problem.b. Desining solution to engineering problems
c. Optimizing the design solution
Secara umum pendekatan STEM adalah
menerapkan dan mempraktekan konten dasar dari STEM pada situasi yang mereka
hadapi / temukan dalam kehidupan, menjadi melek STEM (STEM Literacy). Melek
STEM ini mengacu pada :
a. Pengetahuan, sikap dan keterampilan seorang individu untuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah-masalah dalam kehidupan nyata serta menggambarkan kesimpulan berbasis fakta-fakta mengenai isu-isu STEM.
b. Pemahaman seorang individu mengenai karakteristik disiplin ilmu TSEM sebagai bentuk dari pengetahuan, inkuiri dan desain manusia.
c. Kepekaan seorang individu tentang bagaimana STEM membentuk material intelektual dan budaya lingkungan kita
d. Keinginan seorang individu untuk terikat dalam isu STEM dan terikat dengan ide STEM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar