sory tidak lengkap saya sertakan disini, tapi mudah-mudahan bermanfaat
A. JUDUL
Pengaruh Penerapan Model Project Based Learning dengan Menggunakan Pendekatan STEM dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA
A.
LATAR
BELAKANG
Pembelajaran sains di sekolah sampai saat
ini cenderung berpusat pada guru. guru seakan-akan bertugas menyampaikan materi
kepada siswa, dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghapal semua pengetahuan
yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan
materi hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
memecahkan masalah di kemudian hari.
Pembelajaran sains bukan hanya sekedar
menguasai sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip atau teori
saja, tetapi belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang
mereka pelajari, oleh karena itu pendidik telah berjuang dengan segala cara
dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa di sekolah agar dapat
dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Teori Belajar Ausebel).
Pada saat diberi permasalahan baru, pada
umumnya peserta didik hanya bisa memindahkan kalimat-kalimat dari buku teks ke
kertas kosong. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan atau keterampilan memproseskan
penemuan, salah satunya adalah pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/-konteks lainnya.
Salah satu pendekatan pembelajaran secara
konstektual adalah Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project-Based Learning. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada pemberian kesempatan kepada
siswa untuk menghasilkan suatu karya melalui pengembangan pengetahuan, sikap,
nilai dan keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya di masyarakat.
Karya yang dihasilkan dapat berupa suatu rancangan, model, prototipe atau
produk yang nyata yang dapat diterapkan di masyarakat.
Pembelajaran berbasis proyek banyak diterapkan
di bidang keteknikan (engineering), namun demikian dari beberapa literatur,
metode ini juga telah diterapkan di bidang-bidang lain, seperti: pertanian,
peternakan, perikanan dan beberapa bidang studi yang lain. Namun demikian tidak
semua mata pelajaran dalam kurikulum dimungkinkan untuk menerapkan metode ini.
Mata pelajaran fisika lebih cocok diajarkan dengan metode ini, karena
berhubungan dengan realita kehidupan sehari-hari.
Perkembangan
teknologi dan informasi dalam beberapa waktu terakhir ini semakin pesat. Bangsa
yang mengalami berbagai kemajuan terlebih dahulu adalah bangsa yang mampu
berinovasi menciptakan berbagai teknologi. Semua itu dimungkinkan jika bangsa
tersebut menguasai aspek ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK). Indonesia sebagai negara besar
dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) serta sumber daya manusia (SDM) yang
melimpah, sudah seharusnya menjadi bangsa yang mampu memainkan peran besar
dalam perkembangan tersebut.
Berdasarkan fakta
tersebut Indonesia harus menyesuaikan pola pendidikan dengan memasukan aspek Science, Tecknology, Engineering and Mathematic (STEM) dalam
pembelajaran di sekolah agar tumbuh minat pada bangsa Indonesia untuk menyukai
dan menguasai sains, teknologi, rekayasa dan matematika.
Siswa
yang dididik dengan pendekatan STEM diharapkan memiliki hard skills yang diimbangi
dengan soft skills, karena dalam
proses pembelajarannya dilakukan dengan metode active learning yang meliputi komunikasi, kolaborasi, argumentasi,
kepemimpinan, kreativitas dan lain-lain. Menurut Rustaman (2013):
”Pendidikan
STEM bukan hanya slogan tetapi mempunyai tujuan dalam pendidikan. Tujuan
pendidikan STEM adalah mengembangkan konten dan praktek dalam pembelajaran
serta siswa dapat mengaplikasikan pendidikan STEM saat menghadapi situasi
kehidupan yang nyata.”
Tujuan pendidikan dan pengembangan
kualitas pendidikan harus bergeser tidak hanya sekedar mencari nilai dan syarat
kelulusan tetapi memiliki pemahaman yang luas yang diimbangi dengan kemampuan
kreativitas dan problem solving yang
baik. Atau berkembangnya hard sklill
diimbangi dengan soft skills.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), terdapat
Standar dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Fisika dijelaskan bahwa Mata
pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1
Membentuk sikap positif
terhadap Fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa,
2
Memupuk sikap ilmiah
yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang
lain,
3
Mengembangkan pengalaman
untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah,
dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan
tertulis,
4
Mengembangkan kemampuan
bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan
konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan
5
Menguasai konsep dan
prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan
sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6
Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, Depdiknas telah mengubah paradigma pembelajaran, yaitu
dari paradigma lama yang menganggap siswa sebagai objek belajar dimana guru
harus menuangkan pengetahuan kepada siswa seperti ‘mengisi air pada gelas
kosong’ dan memposisikan guru sebagai pusat informasi belajar (Tabula rasa),
menjadi paradigma baru yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar (student
centered) dan guru sebagai sutradara yang harus pandai dalam menciptakan
kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi lingkungan
melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan nara sumber lain yang
memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri (kontruktivisme).
(Depdiknas 2006)
Berdasarkan pemaparan
di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
Fisika sebagai salah satu ilmu dasar yang mengkaji fenomena alam dan juga
dikehendaki oleh KTSP ialah pembelajaran berbasis proyek secara aktif melalui
kegiatan nyata, dengan tujuan membina seluruh potensi siswa seperti penguasaan
konsep Fisika, sikap ilmiah, keterampilan proses sains, dan keterampilan
berpikir sains (kritis, kreatif dan lain sebagainya).
Jane L David dalam
jurnal Educational Leadership (2008) menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis proyek memiliki kelebihan untuk siswa dapat mendesain penyelidikan
dengan pertanyaan dasar yang bermakna dan meningkatkan keterampilan komunikasi
dan berpikir kritis. Jane L David juga menyatakan, bahwa fakta sangat sedikit
penelitian yang membahas pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap
peningkatan hasil belajar.
Dalam penelitian
yang akan dilaksanakan, peneliti memilih materi pembelajaran Fluida statis
sebagai materi ajar yang akan dikaji dalam penelitian ini. Materi ajar ini
peneliti pilih karena masih sangat memungkinkan untuk dilakukan pembelajaran
berbasis proyek secara langsung oleh siswa dengan menggunakan alat-alat
sederhana dan tidak membahayakan, sehingga kegiatan pembelajaran berbasis
proyek melalui kegiatan ini masih dapat dilaksanakan. Selain itu, materi ajar
ini memiliki aplikasi yang cukup banyak dalam kehidupan sehari-hari, seperti
prinsip kerja kapal laut, kapal selam, balon udara, rem cakram, dongkrak
hidrolik, dan lain sebagainya sehingga diharapkan siswa mendapatkan manfaat
belajar yang lebih bermakna. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
dianggap penting untuk mengetahui Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan argumentasi Siswa SMA Pada Materi
Fluida Statik. Hasilnya diharapkan dapat dijadikan masukan untuk pengajaran
bidang sains yang lebih baik lagi dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Dengan memperhatikan uraian di atas penulis berupaya
mengungkap apakah ada penerapan model pembelajaran berbasik proyek dengan
pendekatan STEM dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan argumentasi siswa
pada topik Fluida statis.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah
pengaruh penerapan model project based
learning dengan menggunakan pendekatan STEM dalam meningkatkan pemahaman konsep dan
kemampuan argumentasi siswa pada konsep fluida statis?”. Dari rumusan masalah
di atas dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah peningkatan pemahaman
konsep siswa pada konsep fluida statis setelah siswa belajar melalui penerapan
model project based learning dengan
menggunakan pendekatan STEM?
2. Bagaimanakah
peningkatan kemampuan argumentasi siswa pada konsep fluida statis setelah siswa
belajar melalui penerapan model project
based learning dengan menggunakan pendekatan STEM?
3. Bagaimanakah
korelasi peningkatan pemahaman konsep dan peningkatan kemampuan argumentasi
siswa setelah diterapkan model pembelajaran project
based learning dengan menggunakan pendekatan STEM?
4. Bagaimana tanggapan siswa
terhadap penerapan model pembelajaran project
based learning dalam pembelajaran materi Fluida Statis?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian adalah:
1. Memperoleh
informasi tentang peningkatan pemahaman konsep siswa pada konsep fluida statis setelah
siswa belajar melalui penerapan model project
based learning dengan menggunakan pendekatan STEM
2. Memperoleh
informasi tentang peningkatan kemampuan argumentasi siswa pada konsep fluida statis
setelah siswa belajar melalui penerapan model project based learning dengan menggunakan pendekatan STEM
3. Memperoleh
informasi tentang korelasi peningkatan pemahaman konsep dan peningkatan kemampuan
argumentasi setelah siswa belajar melalui penerapan model project based learning dengan menggunakan pendekatan STEM
4. Memperoleh informasi tentang tanggapan siswa
terhadap penerapan model pembelajaran project based learning dengan menggunakan pendekatan STEM dalam
pembelajaran materi Fluida Statis?
E.
MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan model
project based learning dengan
menggunakan pendekatan STEM dapat menjadi pilihan
alternatif pembelajaran fisika yang dapat dikembangkan oleh semua pihak yang
berkepentingan seperti guru, peneliti, dan mahasiswa dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan kemampuan argumentasi siswa.
F.
DEFINISI
OPERASIONAL
1.
Project
based learning dengan Pendekatan STEM
Pembelajaran berbasis
proyek dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis pada siswa (student-centered and self-directed),
diarahkankan untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang ada di masyarakat (organized around real-world problems),
difokuskan pada keterampilan
pembelajar (focused on authenticskills),
dikerjakan bersama di dalam suatu tim kerja (collaborative), dan difasilitasi oleh sekolah/guru (with faculty as facilitators). STEM merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan antar ilmu dan
pengaplikasiannya dilakukan dengan pembelajaran aktif berbasis permasalahan dan
dalam pembelajaran tersebut guru melalui topik yang dibahas menghubungkan
antara sains dan teknologi terapan.
2. Pemahaman
Konsep
Pemahaman konsep dalam
penelitian ini adalah kemampuan siswa memahami dan menerapkan konsep-konsep
fluida statis, baik konsep secara teori maupun penerapannya. Hasil belajar
kognitif siswa yang ditinjau pada penelitian ini dibataskan hanya mencakup pada
jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
dan analisis
(C4) pada ranah kognitif taksonomi Bloom. Pembatasan ini dikarenakan
pada penelitian ini keempat aspek kognitif C1, C2, C3,
dan C4 dapat difasilitasi dalam penerapan model pembelajaran fisika
berbasis proyek. Peningkatan penguasaan konsep diukur dengan menguji perbedaan
skor rata-rata gain yang dinormalisasi <g> pada saat sebelum dan sesudah
diterapkannya model pembelajaran berbasis proyek. Kriteria peningkatan gain yang dinormalisasi mengacu pada kriteria yang
ditentukan oleh Richard R Hake.
3. Kemampuan
Argumentasi
Kemampuan argumentasi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan siswa dalam membuat klaim, menyertakan
dan menganalisis data, membuat pembenaran (warrant),
dan memberikan dukungan (backing) untuk memperkuat atau menolak klaim. Kemampuan argumentasi diukur melalui tes argumentasi
berupa soal uraian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar