Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk meperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2009: 35)
Belajar menurut T. Jersild (Sagala, 2010: 12) adalah “modification of
behafior through experience and training” yaitu perubahan atau membawa
akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan
atau karena mengalami latihan.
Pengertian Hasil Belajar
Bloom berpendapat bahwa
tingkah laku dapat dibedakan atas tiga ranah (domain) yaitu pengetahuan (cognitive),
sikap (affective), dan keterampilan (phychomotoric). Disamping membedakan
tingkah laku atas tiga ranah, Bloom juga membedakan tingkah laku atas
tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom (Bloom’s
Taxonomy). Tingkatan ini dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam menetapkan
tujuan instruksional yang akan dicapai melalui kegiatan belajar dan
pembelajaran yang direncanakan (Gintings, 2010: 36).
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif didefinisikan sebagai
kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan
kemampuan intelektual. Tujuan kognitif
adalah tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek
berpikir/intelektual (Sagala, 2010: 157).
Segala upaya yang menyangkut kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Menurut Benjamin Bloom (Sagala, 2010: 157) ada enam tingkatan dalam domain kognitif yang berlaku juga untuk tujuan-tujuan dalam domain ini yaitu:
1)
Pengetahuan/ingatan
(knowledge)
C1
Aspek ini mengacu
pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang
sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. Pada umumnya unsur pengetahuan ini
menyangkut hal-hal yang perlu diingat seperti bahasan, peristilahan, ide,
gejala, rumus-rumus, pasal, hukum, dalil, nama orang, nama tempat, dan
lain-lain. Penguasaan hal tersebut memerlukan hafalan dan ingatan, akan hal-hal
yang pernah dipelajari meliputi fakta, kaidah, prinsip, dan metode yang
diketahui. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategori paling
rendah dalam domain kognitif.
2)
Pemahaman
(comprehension) C2
Aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti
dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti
dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini
menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke
arti, penafsiran (interpretation),
dan ekstrapolasi (extrapolation)
yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Dalam hal ini, siswa
dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal yang lain. Aspek ini setingkat lebih tinggi
dari pengetahuan sehingga untuk mecapai tujuan dalam tingkatan pemahaman ini
dituntut keaktifan belajar siswa lebih banyak.
3)
Penerapan/aplikasi
(application)
C3
Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya yang sudah dimiliki
pada situasi baru dan konkret, yang menyangkut penggunaan aturan, prinsip, dan
sebagainya dalam memecahkan persoalan tertentu. Dalam aplikasi harus ada
konsep, teori, hukum, rumus, kemudian diterapkan atau digunakan dalam
memecahkan suatu persoalan. Tujuan dalam aspek setingkat ini lebih tinggi daripada
tujuan dari aspek pemahaman, sehingga kegiatan pembelajaran yang dituntutpun
lebih tinggi.
4)
Analisis
(analysis)
C4
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau
menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen atau
bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara
bagian yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih
dipahami. Kemampuan ini merupakan akumulasi atau kumpulan pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi. Kemampuan analisis ini dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis
prinsip-prinsip yang terorganisasi. Dengan demikian keaktifan belajar siswa
lebih tinggi daripada keaktifan belajar yang dituntut aspek aplikasi.
5)
Sintesis
(synthesis)
C5
Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai
konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Sintesis menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi
yang dimaksud, sintesis adalah lawan dari analysis. Aspek sintesis ini
memerlukan tingkah laku yang kreatif, kemampuan sintesis (membentuk) relatif
lebih tinggi dari kemampuan analisis (menguraikan). Sehingga untuk menguasainya
diperlukan kegiatan belajar yang lebih kompleks.
6)
Evaluasi
(evaluation)
C6
Aspek ini mengacu pada kemampuan
memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa
berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu.
Hasil belajar dalam tingkatan ini merupakan hasil belajar yang tertinggi dalam
domain kognitif, sehingga memerlukan semua tipe hasil belajar tingkatan
sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.
Hasil belajar
kognitif siswa dalam penelitian ini hanya ditinjau empat ranah kognitif yaitu C1(hafalan),
C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis)
karena disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adanya peningkatan hasil belajar fisika pada ranah
kognitif ini dihitung dengan menggunakan tes hasil belajar, yaitu tes awal dan
tes akhir. Tes yang diberikan berbentuk tes
objektif jenis pilihan ganda.
2.
Ranah Afektif
Tujuan ranah afektif adalah
tujuan-tujuan yang banyak berkaitan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan
minat perilaku peserta didik atau siswa (Sagala, 2010: 158). Ciri-ciri belajar
afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti
perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan
kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah.
Menurut Bloom (Sagala, 2010:
159) membagi ranah afektif dalam lima kategori yaitu :
1)
Penerimaan (receiving)
Aspek
ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap
nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di
sekolah. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain
afektif.
2)
Pemberian respon (Responding)
Aspek
ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu.
Menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespons, memperhatikan secara aktif,
turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan kepuasan dalam
merespons, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertib disiplin yang telah
diterimanya, aspek ini satu tingkat di atas penerimaan.
3)
Penghargaan/penilaian (valuing)
Aspek
ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu
norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai
dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada pada suatu norma. Siswa misalnya,
telah memperlihatkan perilaku disiplin yang menetapkan dari waktu ke waktu.
Tujuan-tujuan dalam aspek ini dapat diklasifikasikan sebagai “sikap” dan
“apresiasi”, aspek ini berada satu tingkat di atas pemberian respons.
4)
Pengorganisasian
(Organization)
Aspek
ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun
suatu sistem nilai-nilai dalam dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih
nilai-nilai yang disukainya, misalnya tentang norma-norma disiplin tersebut,
dan menolak nilai-nilai yang lain, aspek ini satu tingkat di atas penghargaan.
5)
Karakterisasi (Characterization)
Aspek ini mengacu
pada mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak, dimana
norma itu tercermin dalam pribadinya. Dalam taraf ini perilaku disiplin,
misalnya betul-betul telah menyatu dalam dirinya, aspek ini merupakan tingkat
paling tinggi dari domain afektif.
3.
Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berkaitan
dengan keterampilan (skills) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu
(Sagala, 2010: 160). Tujuan-tujuan psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak
berkenaan dengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik atau
siswa. Ranah psikomotor menurut Elizabeth (Sagala, 2010: 160) dibagi menjadi
tujuh kategori sebagai berikut:
1)
Persepsi (perception)
Aspek ini mengacu pada
penggunaan alat indera untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan
dan mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan. Dalam bermain badminton
misalnya, siswa menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhan untuk
dapat menyadari unsur-unsur fisik dari permainan tersebut. Aspek ini merupakan
tingkatan yang paling rendah dalam domain psikomotor.
2)
Kesiapan (set)
Aspek ini mengacu pada
kesiapan memberikan respons secara
mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan. Kesiapan fisik dan mental
misalnya pada saat seseorang sedang mengambil ancang-ancang sebelum melakukan “service” pada permainan badminton, aspek
ini berada satu tingkat di atas persepsi.
3)
Respons terbimbing (guided response)
Aspek ini mengacu pada
pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang diperlihatkan dan
didemonstrasikan sebelumnya. Siswa-siswa yang memperhatikan pukulan-pukulan service dalam permainan badminton dengan
cara tertentu berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diperlihatkan oleh gurunya,
merupakan salah satu contoh dari respons terbimbing, aspek ini berada satu
tingkat di atas kesiapan.
4)
Mekanisme (mechanical response)
Aspek ini mengacu pada
keadaan dimana respons fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan. Siswa
yang selalu melakukan service dalam
permainan badminton dengan cara-cara tertentu sesuai dengan apa yang
dipelajarinya, merupakan contoh dari aspek mekanisme, aspek ini berada satu
tingkat di atas respons terbimbing.
5)
Respons yang kompleks (complex response)
Aspek ini mengacu pada
pemberian respons atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan
terampil dan efisien. Siswa yang terampil melakukan pukulan service secara akurat, tanpa membuat
kesalahan selama permainan, merupakan salah satu contoh respons yang kompleks,
aspek ini berada satu tingkat di atas mekanisme.
6)
Penyesuaian pola gerakan
atau adaptasi (adjustment)
Aspek ini mengacu pada
kemampuan menyesuaikan respons atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
Setelah menguasai permainan badminton dengan lawan-lawan tertentu, siswa dapat
menerapkan dan menggunakan keterampilan yang telah dikuasainya dalam menghadapi
lawan-lawan yang lain, aspek ini berada satu tingkat di atas respons yang
kompleks.
7)
Originasi
Aspek ini mengacu
pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak garik yang baru, dalam arti
menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau
inisiatif sendiri. Setelah cukup lama belajar dan berlatih badminton, siswa
dapat menciptakan cara pukulan service
yang unik berbeda dari yang lain (original),
aspek ini menduduki tingkatan yang paling tinggi dalam domain psikomotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar