BEBERAPA FILSUF PADA ZAMAN KUNO
Sebelum kita masuk ke
pemaparan mengenai filsuf pada zaman kuno, kita bareng-bareng dulu menyimak
penjelasan mengenai filsafat secara umum ya??
heheh..
Kata falsafah atau filsafat dalam
bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia.
Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia =
persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan").
Sehingga arti filsafat menurut harfiahnya adalah “pencinta kebijaksanaan”
Jika kita sering disebut
sedang berfilsafat berarti kita itu bisa dikatakan juga sedang melakukan
sesuatu atas dasar cinta kebijaksanaan.., jadi dikatakan sedang berfilsafat itu
sesuatu yang KERENNNNNN & GAOLLL..
hehehe
Ilmu pengetahuan yang kita peroleh saat ini tidak lepas
dari pemikiran-pemikiran para filsuf pada masa lalu. Peletak dasar ilmu
pengetahuan kita berasal dari Yunani. Pemikir Yunani merasa tidak puas dengan
penjelasan suatu kejadian yang berdasar mitos-mitos. Mereka menghendaki
penjelasan yang asuk akal. Beberapa filsuf Yunani yang memberikan sumbangan
pemikirinnya untuk ilmu pengetahuan akan dijelaskan di bawah ini.
1.
Filsafat
Pra-Socrates
Filsafat dimulai pada abad ke enam sebelum masehi oleh
penduduk Miletus, Yunani. Bagi mereka filsafat bukanlah seperti filsafat yang kita kenal saat ini. Mereka mengartikan
filsafat sebagai seluruh bidang pemikiran rasional, meliputi apa saja yang kita
sebut ilmu pengetahuan. Dengan demikian juga meliputi ilmu matematika, ilmu
alam, ilmu sosial, astronomi, biologi, ilmu kedokteran, maupun ilmu politik.
Hal utama yang dipelajari oleh filsuf zaman kuno, yaitu:
memahami penyebab dasar dan prinsip dasar alam semesta, menjelaskan jalan baik
dan buruk, mendamaikan masalah epistimologi dalam perbedaan dan perubahan alam
semesta, dengan kemungkinan mendapatkan pengetahuan yang pasti dan tetap
mengenainya, bertanya mengenai sesuatu yang tidak bisa dirasakan dengan indera,
seperti angka, elemen, alam semesta, dan Tuhan, analisis tentang alasan dan
argumentasi, dasar kehidupan yang baik dan pentingnya mengerti dan mengetahui
bagaimana mendapatkannya, penjelasan konsep mengenai keadilan, dan hubungannya
dengan sistem politik.
Para filsuf Miletus mempermasalahkan alam, bukan manusia
yang dipertanyakan. Alam atau phusis
adalah kenyataan hayati, dan baru yang kedua kenyataan jasmani. Mereka berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk menemukan azas- pemula (arche) yang mendasari sesuatu.
Menurut Thales arche ini adalah air, yang dalam sifatnya
yang bergerak-gerak merupakan azas kehidupan segala sesuatu. Ia mengungkapkan
“segala sesuatu penuh dengan dewa-dewa”.
Anaximander, murid Thales, berpendapat bahwa azas pemula
adalah yang tak- terhingga (apeiron), karena hal ini tidak mempunyai
sifat-sifat yang dipunyai oleh zat- zat yang kita kenal. Ia didukung oleh
Anaximenes yang mengungkapkan “seperti halnya nyawa kita, yang berupa udara,
menyebabkan diri kita merupakan ketunggalan, begitu pula nafas dan udara
mengelilingi seluruh alam semesta”.
Phytagoras yang lahir sekitar tahun 580 Sebelum Masehi (SM)
di Samos memiliki ajaran tentang keabadian dan pengusahaan matematika. Ia
berpendapat jiwa tampil sebagai substansia, yang tidak bersifat jasmani dan
bersifat abadi. Azas pemula menurut ajaran Phytagoras adalah bilangan-
bilangan, merupakan keseluruhan yang teratur, suatu kosmos. Oleh karena itu
melalui pengetahuan tentang bilangan kita mengetahui pengetahuan mengenai
kenyataan. Dengan demikian Phytagoras menghubungkan pemikiran dengan tindakan,
perenungan dengan tingkah laku.
Heraclitus yang hidup pada tahun 535 -475 SM
mengungkapkan “tak ada sesuatu yang ada secara tetap, segala sesuatu dalam
keadaan menjadi. Segala sesuatu bergerak secara abadi. Segala sesuatu berlalu
dan tak ada sesuatu pun yang diam”.
Arche menurut Heraclitus adalah api, yang menimbulkan segala
sesuatu dan kemana segala sesuatu akan kembali.
Ajaran Xenophanes ( 570 – 480 SM) memandang ketunggalan
sebagai dasar bagi segenap kenyataan. Ia mulai meninggalkan politeisme dan
mulai berpikir monoteisme. Kemudian ajarannya dikembangkan oleh Parmindes dari
Elea yang hidup pada masa 540 – 475 SM. Berlawanan dengan Heraclitus ia
berpendirian dasar bahwa ada tidak
mengalami perubahan. Sesungguhnya ada bersifat tunggal karena diluar ada yang
terdapat hanyalah tiada. Jika ada tunggal maka tidak mungkin mempunyai awal
karena ada tidak mungkin berasal dari ketiadaan juga tidak mungkin mempunyai
akhir. Dengan demikian ada tidak mempunyai masa lampau juga masa depan, ada
senantiasa dalam kekinian yang abadi. Ada tidak dapat dibagi-bagi karena akan
terdapat berbagai macam ada jika ada dapat dibagi-bagi. Ada juga tidak dapat
berubah karena perubahan mengandung unsur tiada.
Empedocles (492 – 432 SM) lahir di Agrigentum dan
menghabiskan sebagian besar hidupnya di Sisilia berpendapat bahwa arche terdiri dari empat unsur (rizomata): air, udara, api, dan tanah.
Berbagai bentuk kenyataan terjadi akibat dari pencampuran dan perpisahan empat
unsur tersebut yang dikuasai oleh dua kekuatan, cinta dan benci.
Anaxagoras dari Clazomenae yang hidup pada tahun 499 –
428 SM mengikuti teori pencampuran dan perpisahan dari Empedocles. Tetapi
unsurnya bukan empat, melainkan benih- benih (spermata) yang tak berhingga jumlahnya dan sifatnya beraneka ragam.
Hal terpenting dalam ajarannya adalah kesadaran (nous). Ia mengungkapkan “nous bersifat tak terhingga dan mandiri,
tidak tercampur dengan apapun, hanya ia yang berdiri sendiri. Ia-lah yang
paling tipis, dan paling murni, ia mempunyai pengetahuan terhadapp segala
sesuatu dan memiliki tenaga terbesar. Ia menguasai segala sesuatu baik yang
besar maupun yang kecil.”
Democritus (460 -370 SM) mengungkapkan bahwa arche adalah atom yang sifatnya tidak
dapat dibagi-bagi lagi, kuntitatif dan tidak kualitatif. Atom-atom ini tidak
terlihat dan terus bergerak. Gerak ini dimungkinkan karena selain ada ruang
penuh maka ada juga ruang hampa. Democritus membedakan dua macam kemampuan
untuk mengetahui. Ia mengatakan “ada dua bentuk pengetahuan, bentuk pengetahuan
sejati dan bentuk pengetahuan palsu (penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, perabaan). Bila bentuk pengetahuan palsu tidak lagi memperoleh
kemajuan karena terdapat hal-hal yang lebih jauh untuk diselidiki maka
tampillah bentuk pengetahuan yang sejati yang mempunyai alat lebih halus untuk
berpikir.”
2.
Socrates
Dalam menyebarkan ajarannya Socrates memakai siasat
ibunya yang bekerja sebagai bidan. Ia
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan agar lawan bicaranya
mendapatkan penglihatan-dalam.
Mazhab yang dipengaruhi oleh pemikiran Socrates yaitu
mazhab Cynic dengan tokohnya
Antisthenes dan mazhab Cyrene dengan
tokohnya Aristippus. Mazhab Cynic
mengajarkan manusia harus bebas dari segala sesuatu. Manusia harus puas dengan
dirinya sendiri dan memandang satu-satunya tujuan hidupnya ialah membebaskan
diri sepenuhnya dari pendapat orang-orang lain serta dari hukum yang mereka
buat. Mazhab Cyrene mengajarkan tujuan manusia adalah kenikmatan, dan karena tangkapan
inderawi berubah-ubah maka sudah tentu kenikmatan tersebut merupakan kenikmatan
sementara. Hendaknya diingat bahwa banyak kenikmatan yang kemudian diikuti oleh
kesedihan. Oleh karena itu, orang bijaksana tidak mau dikuasai oleh kenikmatan,
melainkan ia sendirilah yang menguasai kenikmatan.
3.
Plato
Bagian tertinggi
jiwa ialah akal budi, yang tertuju untuk menatap ide serta memberikan pimpinan
atas segenap kegiatan manusia.
4.
Aristoteles
I. Organon yang berisi tentang logika. Inti pokok logika Aristoteles
adalah ajarannya mengenai penalaran dan pembuktian. Penalaran berupa silogisme
yang didalamnya berdasar dua buah tanggapan orang yang menyimpulkan tanggapan
ketiga.
II. Physica dan De Anima tentang
ilmu pengetahuan Alam. Menurut Aristoteles pengetahuan terbagi menjadi dua
yaitu pengetahuan akali dan pengetahuan inderawi. Pengetahuan inderawi
merupakan hasil tangkapan keadaan yang konkret benda tertentu. Pengetahuan
akali merupakan hasil tangkapan hakekat, jenis benda tertentu.
Segala sesuatu
terjadi karena ada penyebabnya. Aristoteles membedakan empat macam penyebab:
bentuk, material, penyebab tujuan (yang dituju oleh gerak), penyebab karya
(sesuatu yang menimbulkan gerak).
III.
Metaphysica.
Nyawa adalah bentuk tubuh, karenanya bersama dengan tubuh merupakan satu
kesatuan tak terceraikan.
IV. Ethica
Nicomachea, Politica, Rhetorica, dan Poetica. Etika adalah seni untuk
mencapai kebaikan. Aristoteles menolak komunisme karena baginya Negara ada
untuk manusia.
5.
Mazhab Besar
Setelah Aristoteles meninggal maka terdapat mazhab-mazhab
besar: Epikurisme, Stoa, dan Skepsis. Masalah besar yang dipikirkan telah
menetap: jiwa, raga, pengamatan, pemikiran, kehendak, kebahagiaan, kesusilaan,
keilahian. Filsafat pada masa ini mulai menjadi sesuatu yang dapat dipelajari,
yang dapat dibagi dalam mata pelajaran: logika, fisika, dan etika. Filsafat
bergeser menjadi seni untuk hidup: manusia bijaksana adalah seseorang yang
dapat mengatur hidupnya berdasarkan akal budi.
Mazhab Epikurisme dipelopori oleh Eppicurus yag lahir di
Samos tahun 341 SM. Tujuan filsafat ini adalah memberikan jaminan kebahagiaan
kepada manusia. Etika adlah inti pemikirannya, pengetahuan dan fisika merupakan
persiapanyang diperlukan baginya. Filsafat ini menjelaskan bahwa dunia terdiri
atas atom-atom yang berbeda yang bergerak dari atas ke bawah. Benda-benda
terjadi karena adanya benturan antara atom-atom. Nyawa tersusun atas atom yang
licin dan bulat.
Mazhab Stoa didirikan oleh Zeno dari Citium (336 – 264
SM). Menurut mereka pengetahuan didasarkan atas kegamblangan inderawi.
Kenyataan mengandung dua dua macam asas: asas pasif atau zat dalam arti sempit
dan asas aktif atau akal budi yang ada
pada segala sesuatu.
Mazhab Skepsis yang didirikan oleh Pyrrho (365 – 275 SM)
menempatkan perilaku dalam kehidupan sebagai bahan pokok pemikirannya. Kita tak
dapat mengetahui apapun mengenai baranya sendiri: maka adalah bijaksana untuk
tidak memberikan tanggapan kepadanya.
6.
Neoplatonisme
Kebijaksanaan Yunani mengalami kegagalan sehingga orang-orang
mencari penyelesaian masalah-masalah di tempat lain. Plotinus yang lahir pada
tahun 204 SM di Mesir mengupayakan perubahan terhadap platonisme. Ajaran
Plotinus menganggap tak berhingga sebaggai keadaan yang sempurna. Ia
mengajarkan tentang sifat Tuhan yang Esa dan hakekat mengenai Tuhan.
7.
Patristika Yunani
Clemens lahir di Athena tahun 150 dan meninggla di Asia
tahun 215. Clemens hendak mencapai dua tujuan: satu pihak hendak menarik gari
batas yang tegas antara ajaran Kristiani
dengan Filsafat Yunani dan gnostisisme (peleburan antara gagasan filsafat
Yunani dengan gagasan dalam Injil); di sisi lain hendak menjelaskan ajaran
kristiani dengan bantuan pemikiran Yunani.
Origenes lahir pada tahun 185 menggantikan Clemens
sebagai kepala sekolah guru agama. Dia berpendapat sesungguhnya ciptaan
bersifat abadi. Dari keabadian ini muncul sang Putera dari sang Bapa, dan dari
sang Putera muncul roh kudus.
Gregorius dari Nyssa membedakan kepercayaan dengan
pengetahuan. Melalui kepercayaan orang menerima kebenaran yang diwahyukan
Tuhan, yang keadaannya sendiri tidak dapat dipahami. Sebaliknya pengetahuan
kita menemukan kebenaran yang dapat dipahami.
Dionysius dari Aeropagus berpendapat bahwa Tuhan adalah
penyebab transeden mutlak dari segala yang ada. Ia menolak adanya perpindahhan
jiwa dan ditumbuhkannya raga dengan dosa. Ia menegaskan mengenai adanya
kehendak bebas dan memandang keburukan sebagai keadaan tidak adanya kebaikan.
8.
Patristika Latin
Tertullianus (160 – 222) yang lahir di Cartago menolak
adanya filsafat. Ia berpendapat filsafat tidak mengukuhkan pemikiran akali. Ia
menganut materialisme, Tuhan maupun jiwa bersifat ragawi, “Tuhan adalah raga,
meskipun Ia adalaj Roh”. Ia mengganti filsafat dengan keyakinan yang berasal
dari wahyu Tuhan.
Aurelius Augustinus (354 – 430) berkeyakinan bahwa
sesuatu pemikiran tak ada artinya jika tak mampu untuk mengalahkan skeptisisme.
Seseungguhnya skeptisisme itu didasarkan atas suat pertentangan-dalam. Barang
siapa ragu, tak akan ragu bahwa ia ragu. Ragu berarti berpikir. Berpikir
berarti ada. Dengan demikian Augustinus dapat menghubungkan lingkungan
pengetahuan dengan lingkungan ada. Ia menguakkan adanya Tuhan berdasar analisa
mengenai pemikiran manusia.
semangat kang..
BalasHapussaya juga lagi belajar nge-blog lagi hehee
Amin.. insyaallah.. okey !. mari kita tuangkan ide, gagasan, di blog... (salah satunya). he he
Hapusayo kang.. haha
Hapusisinya udh oke (y)
BalasHapustapi tar dirapihin paragrafnya okeh :D
okee boss
Hapusom oniiiiii
Hapus