Keterampilan Dasar Bimbingan Konseling untuk Teacher-Counselor
Istilah Self adalah diri
sendiri sedangkan Esteem adalah penghargaan. sedangkan Slavin. E
Robert
(1994:91) mengatakan self esteem adalah
nilai-nilai yang ada pada diri, kemampuan dan perilaku. Berdasarkan kata self
esteem itu dapat dikatakan sebagai penghargaan seseorang terhadap dirinya
sendiri karena apa yang ada pada diri seseorang itu adalah kekuatan yang
mesti dihargai dan dikembangkan.
Wells dan Marwell (1976: 64)
mendefinisikan self esteem sebagai sebuah proses dalam karakteristik
perasaan seseorang tentang dirinya dan reaksi terhadap hal tersebut dengan
emosional atau dengan prilaku. Konsep ini menggunakan ide sikap dalam makna
yang bervariasi yakni kognisi, perasaan, keyakinan, kecenderungan, untuk
berbuat dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa self esteem sebagai
bagian tertentu pada sikap atau sebagai sebuah sikap tentang obyek tertentu.
Sebagai contoh, Rosenbreng dalam (Wells dan Marwell, 1976:69)
menyebutkan dengan self esteem seseorang akan menjaga penghargaan
terhadap dirinya sendiri yang mengekspresikan isi sikap setuju atau tidak
setuju. Dengan Self esteem yang baik maka remaja akan selalu menilai
perasaanya secara positif, dengan perasaan yang positif itu remaja akan
selalu mengingat pelajarannya dengan baik dan secara otomatis prestasinya
juga akan meningkat. Self esteem yang baik bagi remaja adalah
bagaimana ia bisa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara tepat
dan terarah. Hal ini sejalan dengan hasilpenelitian dari HOLLY, 1987–Compiled
a summary of all the studies and indicated that most supported the idea that
self-esteem was more likely the result than the cause of academic
achievement. However, he acknowledged that a certain level of self-esteem is
required in order for a student to achieve academic success and that
self-esteem and achievement go hand in hand. They feed each othe. Dapat
diartikan self-esteem akan menghasilkan prestasi akademis level tertentu
self esteem dibutuhkan siswa untuk mencapai kesuksesan akademis. Self
esteem dan prestasi akan saling memberi berkontribusi.
Gergen (dalam Wells & Marwell,
1976: 60) menyatakan “Much of what a person chooses to do, and the
manner in which he does it, is presumed to be dependent upon his
self-esteem” dapat diartikan bahwa penilaian seseorang atau penghargaan
terhadap diri sendiri memainkan peran penting dalam menentukan perilaku orang
tersebut. Kebanyakan apa yang orang pilih untuk dilakukan, dan cara seseorang
dalam berprilaku, adalah berdasarkan pada self esteem orang tersebut
Berangkat dari pendapat tersebut di
atas di bangku sekolah sangat penting dikembangkan self esteem karena
di sekolah siswa lebih banyak mengadakan interaksi dengan teman maupun dengan
guru, sikap kita selaku pendidik di sekolah tidak hanya sekedar sebagai
penyampai pesan dan menuntaskan materi belaka tetapi bagaimana kita
mengembangkan ide, kratifitas, yang ada pada masing-masing peserta didik,
baik itu kita sebagai guru mata pelajaran, guru kelas, maupun guru pembimbing
(konselor sekolah). Seperti contohyang di kemukan oleh Cohen (dalam Slavin. E
Robert. 1994:92) yaitu: guru memberikan siswa tes awal sebelum memulai unit
pembelajaran dan kemudian menunjukkan bagaimana siswa bisa mencapai hasil
pada tes akhir. Guru-guru multidimensional menekankan ide bahwa siswa-siswa
yang berbeda memiliki keahlian yang berbeda; beberapa orang bagus dalam
membaca, yang lainnya dalam matematika, dalam seni atau musik. Dengan menilai
semua keahlian ini, guru dapat mengkomunikasikan ide bahwa banyak jalan untuk
sukses.
Adapun Slavin. E. Robert, 1994:93)
mengemukakan usaha-usaha pengembangan self esteem sebagai berikut:
1. Yang terpenting dipelajari
siswa-siswa sekolah dasar adalah apakah mereka pintar atau bodoh, anak baik
atau anak jahat, populer atau tidak populer. Konsep diri seseorang terbentuk
semenjak masa pertengahan anak-anak dan pengaruh sekolah terhadap penilaian
diri dapat semakin besar.
2. Kata kunci berkenaan dengan
perkembangan pribadi dan sosial adalah penerimaan. Kenyataan adalah anak-anak
memiliki kemampuan yang berbeda, dan tidak masalah tentang apa yang guru
lakukan, siswa-siswa akan mempertimbangkan siapa yang memiliki kemampuan pada
akhir-akhir masa sekolah dasar. Bagaimanapun juga guru-guru mempunyai
pengaruh yang besar terhadap bagaimana perasaan siswa tentang
perbedaan-perbedaan dalam kemampuan tersebut dan pada nilai rendah yang siswa
terima sebagai hasil belajar dan ketika siswa-siswa mengetahui bahwa mereka
tidak akan pernah menjadi bintang di kelas.
3. Guru harus menerima siwa apa
adanya dan mengkomunikasikan norma yang penting untuk siswa sebagai pelajar.
Mereka juga harus mengkomunikasikan ide-ide tentang keterampilan-keterampilan
yang berharga untuk siswa. Beberapa siswa bagus dalam membaca, yang lainya
dalam matematika, olah raga atau bidang lainya. Yang penting di sekolah dasar
adalah dengan menghindari terbentuknya persaingan antara siswa untuk menjadi
yang terbaik jika hanya sebagai siswa yang memiliki kesempatan untuk menang
(Cohen. 1984). Tugas guru seharusnya fokus untuk memuji siswa dan
mengevaluasi usaha, bukan hanya kemampuan . Meskipun tidak semua siswa bisa
mencapai nilai 100 % pada sebuah tes, tiap siswa dapat memberikan 100% usaha,
dan usaha ini harus di sadari dan diberi penghargaan.
|
||
Proses Konseling
Cormier & Hackey (dalam Gibson
& Mitchell, 1995:143) mengidentifikasi empat tahapan proses konseling
yakni membangun hubungan, identifikasi masalah dan eksplorasi, perencanaan
pemecahan masalah, aplikasi solusi dan pengakhiran. Sedangkan Prayitno (1998:24)
menyebutkan bahwa ada lima tahap proses konseling yakni pengantaran,
penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian. Soli Abimanyu dan M. Thayeb
Manrihu (1996) mengklasifikasikan konseling perorangan kepada lima tahap yang
diawali dari pengembangan tata formasi dan iklim hubungan konseling awal,
eksplorasi masalah, mempersonalisasi, mengembangkan inisiatif, mengakhiri dan
menilai konseling.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di
atas, terdapat kesamaan pentahapan dalam konseling perorangan. Dapat
disimpulkan bahwa proses konseling perorangan dilakukan dalam lima tahap
yakni tahap pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian.
Adapun teknik-teknik yang dipakai dalam membentuk dan menyelenggarakan proses
konseling pada umumnya disebut teknik umum. Sedangkan teknik khusus yaitu
teknik-teknik yang diterapkan untuk membina kemampuan tertentu pada diri
klien (Prayitno, 1998:28).
KEPUSTAKAAN
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H.
1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher.
Prayitno. 1998. Konseling
Pancawaskita. Padang: FIP
|
Tujuan Pelayanan Konseling Perorangan
Berdasarkan pendapat Gibson, Mitchell
& Basile dapat disimpulkan ada sembilan tujuan dari konseling perorangan
yakni:
Prayitno (2004:4) menyatakan bahwa
tujuan umum layanan konseling perorangan adalah pengentasan masalah klien dan
hal ini termasuk ke dalam fungsi pengentasan. Lebih lanjut Prayitno
mengemukakan tujuan khusus konseling ke dalam 5 hal yakni fungsi pemahaman,
fungsi pengentasan, fungsi pengembangan/pemeliharaan, fungsi pencegahan dan
fungsi advokasi.
Fungsi pemahaman akan diperoleh klien
saat klien memahami seluk beluk masalah yang dialami secara mendalam dan
komprehensif serta positif dan dinamis. Fungsi pengentasan mengarahkan klien
kepada pengembangan persepsi, sikap dan kegiatan demi terentaskannya masalah
klien berdasarkan pemahaman yang diperoleh klien. Fungsi
pengembangan/pemeliharaan merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan
masalah klien. Fungsi pencegahan akan mencegah menjalarnya masalah yang
sedang dialami klien dan mencegah masalah-masalah baru yang mungkin timbul.
Sedangkan fungsi advokasi akan menangani sasaran yang bersifat advokasi jika
klien mengalami pelanggaran hak-hak. Kelima fungsi konseling tersebut secara
langsung mengarah kepada dipenuhinya kualitas untuk perikehidupan sehari-hari
yang efektif (effective daily living).
Berdasarkan tujuan konseling
perorangan yang telah dikemukakan, klien diharapkan akan menjadi individu
yang mandiri dengan ciri-ciri: (1) mengenal diri dan lingkungan secara tepat
dan objektif, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan
dinamis, (3) mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, (4)
mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan (5) mampu
mengaktualisasikan diri secara optimal.
|
Pengertian Konseling Perorangan
Definisi yang dikemukakan Gibson dan
Mitchell sejalan dengan pendapat Dryden (dalam Palmer & McMahon, 1989:39)
bahwa konseling perorangan sangat menjaga kerahasiaan klien; konseling
perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor; konseling
perorangan sebagai proses pembelajaran klien; konseling perorangan adalah
sebuah proses teraputik. Lebih lanjut, Dryden menyimpulkan bahwa konseling
perorangan membantu klien yang ingin membuat perbedaan dirinya dengan yang
lain. Konseling perorangan juga akan sangat membantu konselor dalam membuat
variasi gaya teraputik untuk klien yang berbeda.
Konseling perorangan menurut Prayitno
dan Erman Amti (2004:105) adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”. Sedangkan George &
Cristiani (dalam Gibson & Mitchell, 1995:121) menyatakan beberapa elemen
dari definisi konseling perorangan:
One is the notion that counseling is
aimed at helping people make choices and act on them. A second is the notion
of learning, although there are some sharp differences as to what facilitates
learning and how learning occurs. Still another elements is that of
personality development, with relatively little agreement as to how personality
development is the best facilitated.
Ahli lain yakni Trotzer (2006:394)
menyebutkan bahwa konseling perorangan layak untuk delapan hal sebagai
berikut:
1. When the
client has a crisis problem that is very complicated, both as to causes
and possible solutions; 2. When confidentiality is highly essential to
protect the client and others; 3. When working through the meaning of test
results in terms of one’s self concept; 4. When fear of talking in a group is
so extreme that the person does not seem to be able to get started in the
group; 5. When an individual is grossly ineffective in relating to his peers
and sets off such a strong immediate reaction that the group is more likely
to be rejective that acceptant; 6. When a person’s awareness and understanding
of his or her own feelings, motivations, and patterns of behavior are very
limited or so complicated that he or she feels lost and unable to share in a
group; 7. When sexual behavior, particularly of a deviant nature is involved;
8. When one’s need for attention and recognition is too extreme to be managed
in the group situation.
Berdasarkan pendapat Trotzer dapat
disimpulkan bahwa konseling perorangan cocok untuk klien dengan krisis
permasalahan yang sangat komplit; melindungi kerahasiaan klien dan yang lain;
memaknai hasil tes pribadi; ketika klien takut berinteraksi dalam kelompok;
ketika klien kesulitan berhubungan dengan teman sebaya dan adanya penolakan
dari kelompoknya; ketika klien menyadari bahwa perasaan, motivasi dan pola
perilakunya terbatas; ada perilaku seksual menyimpang dan ketika klien
membutuhkan perhatian dan pengakuan dari kelompoknya.
Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa konseling perorangan yang
dimaksud memuat beberapa hal yaitu (1)usaha membantu klien/ sebuah proses
teraputik dalam upaya mengentaskan permasalahan (2) menjaga kerahasiaan
klien; (3) konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan
konselor; (4) proses membelajaran klien; (5) pelaksanaannya dilakukan secara
tatap muka; (6) tujuannya agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri
terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang dialaminya.
KEPUSTAKAAN
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H.
1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher.
Trotzer, James P. 2006. The
Counselor and the Group. New york: Routledge.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar
Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua. Jakarta: Rineka Cipta.
Palmer, Stephen., McMahon, Gladeana.
1989. Handbook of counseling. Routledge: London and Newyork.
Belkin, Gary S. 1975. Practical
Counseling in the School. USA: Wm. C. Brown Company Publishers
|
Keterampilan Konselor
Gibson dan Mitchell (1995:150)
menyebutkan ada empat keterampilan konseling yakni keterampilan komunikasi,
keterampilan diagnostik, keterampilan memotivasi dan keterampilan manajemen.
Keterampilan komunikasi terdiri atas
dua yakni keterampilan komunikasi nonverbal dan keterampilan komunikasi
verbal. Gazda, Asbury, Balzer, Childers and Walters (dalam Gibson danMitchell(1995:150)
membagi keterampilan komunikasi nonverbal atas empat keterampilan yakni perilaku komunikasi nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik perhatian; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara, kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
Keterampilan
komunikasi verbal yang penting adalah mendengar, memberi respon balikan dan
mengajukan pertanyaan (Gibson & Mitchell, 1995:154). Mendengar adalah
persyaratan komunikasi verbal yang efektif. Cavaugh (Gibson & Mitchell,
1995:154) menyatakan bahwa “listening is the basis of a counselor’s
effectiveness”. Selanjutnya, dengan keefektifan mendengar maka akan dapat
dilakukan respon balikan terhadap perilaku, perasaan, perhatian, aksi,
ekspresi klien. Dalam mengajukan pertanyaan pun harus digunakan bentuk
pertanyaan terbuka yang akan memberikan kesempatan klien untuk
mengekspresikan perasaan, merinci pembicaraan dan memperoleh pemahaman baru.
Keterampilan ini mensyaratkan
konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien, memperhatikan klien,
dan pengaruh lingkungan yang relefan. Konselor harus terampil dalam
menggunakan pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar untuk
mendiagnosa klien.
Tujuan konseling biasanya untuk membantu
perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang
konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi klien.
Yang termasuk keterampilan manajemen
adalah perhatian terhadap lingkungan dan pengaturan fisik, pengaturan waktu,
mengatur proses membantu klien bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam
proses konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan seorang
konselor. Menentukan poin dan metode mengakhiri konseling, tindak lanjut dan
mengevaluasi merupakan tanggung jawab konselor.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H.
1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher.
|
A. Bimbingan Karir Salah Satu Faktor
Yang Dapat Mempersiapkan Siswa Memasuki Dunia Kerja
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling
ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan
karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui
pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi yang
diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Donald D. Super (1975) mengartikan
bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan
penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja.
Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu
untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan
diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah
pemahaman dan peCareer guidance … encompasses all of the service that aim
at helping pupils make occupational and educational plans and decisions nyesuaian
diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert, (1975:27)
memaparkan bahwa ““. Pengertian Tolbert ini mengandung makna bahwa bimbingan
karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa merencanakan
karirnya.
Berdasarkan uraian terdahulu maka
dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu proses bantuan yang
diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia
mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung
kemajuan dirinya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut
misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang
tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir
adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam
perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa
merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang
dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir
adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat
menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya
secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas,
secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang
bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai,
pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa
depan.
Masa depan harus direncanakan
disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan
sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui
prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non
formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang
diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki
dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8)
menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang berharga melaui
proses pendidikan untuk mempersipakn siswa memasuki dunia kerja. Salah satu
bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa
memasuki dunia kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler.
Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat
tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan
serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa
depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan, program bimbingan karir
yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu. Melalui
kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana merencanakan masa depan.
Artinya siswa mulai dari kelas satu sampai tamat SMK dilatih, dibimbing untuk
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana merencanakan karir
sepanjang hidup (career life span).
B. Informasi karir Salah Satu Faktor
Yang Mempengaruhi Kesiapan Siswa Memasuki Dunia kerja
Makna Informasi karir
Di dalam arus globalisasi yang
memiliki diferensiasi sosial yang semakin
kompleks, khususnya siswa SMK akan dihadapkan pada berbagai macam kemungkinan pilihan hidup yang penting, seperti pilihan untuk melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan tentang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini menuntut kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang tidak dapat memahami potensi yang dimliki, di duga mereka juga tidak akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir, akhirnya akan mengalami masalah.
Permasalahan karir merupakan
permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa
depan seseorang. Agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan baik,
siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya.
Informasi yang cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset
bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada
dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya. Menurut John
Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir adalah informasi yang
mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu
memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep
dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan
objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk
mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup
masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112)
mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai
pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu
memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan
aspek-aspek dunia kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi
karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan butir-butir berikut:
|
Berikut ini beberapa berkas
administrasi Bimbingan Konseling di Sekolah, dapat direvisi sesuai kebutuhan,
sumber bahan tercantum dibawah,semoga bermanfaat. SALAM SUKSES
Bimbingan Konseling selain memiliki
Program Kerja, juga memiliki silabus dan kisi-kisi yang berfungsi sebagai acuan
dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berbasiskan Kompetensi Siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar