"Mungkin saat ini tulisan yang ada di blog ini belum berkualitas,, salah satu faktor utamanya saya masih penulis amatiran.. hehehe, tapi suatu saat isi tulisan blog ini akan berisi tulisan2 yang berkualitas,, insyaaallah,, saya akan berusaha... mari kita buktikan "We will never know the real answer, before you try.”,,

Keterampilan Dasar Bimbingan Konseling untuk Teacher-Counselor

Keterampilan Dasar Bimbingan Konseling untuk Teacher-Counselor

Istilah Self adalah diri sendiri sedangkan Esteem adalah penghargaan. sedangkan Slavin. E Robert (1994:91) mengatakan self esteem adalah nilai-nilai yang ada pada diri, kemampuan dan perilaku. Berdasarkan kata self esteem itu dapat dikatakan sebagai penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri karena apa yang ada pada diri seseorang itu adalah kekuatan yang mesti dihargai dan dikembangkan.
Wells dan Marwell (1976: 64) mendefinisikan self esteem sebagai sebuah proses dalam karakteristik perasaan seseorang tentang dirinya dan reaksi terhadap hal tersebut dengan emosional atau dengan prilaku. Konsep ini menggunakan ide sikap dalam makna yang bervariasi yakni kognisi, perasaan, keyakinan, kecenderungan, untuk berbuat dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa self esteem sebagai bagian tertentu pada sikap atau sebagai sebuah sikap tentang obyek tertentu. Sebagai contoh, Rosenbreng dalam (Wells dan Marwell, 1976:69) menyebutkan dengan self esteem seseorang akan menjaga penghargaan terhadap dirinya sendiri yang mengekspresikan isi sikap setuju atau tidak setuju. Dengan Self esteem yang baik maka remaja akan selalu menilai perasaanya secara positif, dengan perasaan yang positif itu remaja akan selalu mengingat pelajarannya dengan baik dan secara otomatis prestasinya juga akan meningkat. Self esteem yang baik bagi remaja adalah bagaimana ia bisa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara tepat dan terarah. Hal ini sejalan dengan hasilpenelitian dari HOLLY, 1987–Compiled a summary of all the studies and indicated that most supported the idea that self-esteem was more likely the result than the cause of academic achievement. However, he acknowledged that a certain level of self-esteem is required in order for a student to achieve academic success and that self-esteem and achievement go hand in hand. They feed each othe. Dapat diartikan self-esteem akan menghasilkan prestasi akademis level tertentu self esteem dibutuhkan siswa untuk mencapai kesuksesan akademis. Self esteem dan prestasi akan saling memberi berkontribusi.
Gergen (dalam Wells & Marwell, 1976: 60) menyatakan “Much of what a person chooses to do, and the manner in which he does it, is presumed to be dependent upon his self-esteem” dapat diartikan bahwa penilaian seseorang atau penghargaan terhadap diri sendiri memainkan peran penting dalam menentukan perilaku orang tersebut. Kebanyakan apa yang orang pilih untuk dilakukan, dan cara seseorang dalam berprilaku, adalah berdasarkan pada self esteem orang tersebut
Berangkat dari pendapat tersebut di atas di bangku sekolah sangat penting dikembangkan self esteem karena di sekolah siswa lebih banyak mengadakan interaksi dengan teman maupun dengan guru, sikap kita selaku pendidik di sekolah tidak hanya sekedar sebagai penyampai pesan dan menuntaskan materi belaka tetapi bagaimana kita mengembangkan ide, kratifitas, yang ada pada masing-masing peserta didik, baik itu kita sebagai guru mata pelajaran, guru kelas, maupun guru pembimbing (konselor sekolah). Seperti contohyang di kemukan oleh Cohen (dalam Slavin. E Robert. 1994:92) yaitu: guru memberikan siswa tes awal sebelum memulai unit pembelajaran dan kemudian menunjukkan bagaimana siswa bisa mencapai hasil pada tes akhir. Guru-guru multidimensional menekankan ide bahwa siswa-siswa yang berbeda memiliki keahlian yang berbeda; beberapa orang bagus dalam membaca, yang lainnya dalam matematika, dalam seni atau musik. Dengan menilai semua keahlian ini, guru dapat mengkomunikasikan ide bahwa banyak jalan untuk sukses.
Adapun Slavin. E. Robert, 1994:93) mengemukakan usaha-usaha pengembangan self esteem sebagai berikut:
1. Yang terpenting dipelajari siswa-siswa sekolah dasar adalah apakah mereka pintar atau bodoh, anak baik atau anak jahat, populer atau tidak populer. Konsep diri seseorang terbentuk semenjak masa pertengahan anak-anak dan pengaruh sekolah terhadap penilaian diri dapat semakin besar.
2. Kata kunci berkenaan dengan perkembangan pribadi dan sosial adalah penerimaan. Kenyataan adalah anak-anak memiliki kemampuan yang berbeda, dan tidak masalah tentang apa yang guru lakukan, siswa-siswa akan mempertimbangkan siapa yang memiliki kemampuan pada akhir-akhir masa sekolah dasar. Bagaimanapun juga guru-guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap bagaimana perasaan siswa tentang perbedaan-perbedaan dalam kemampuan tersebut dan pada nilai rendah yang siswa terima sebagai hasil belajar dan ketika siswa-siswa mengetahui bahwa mereka tidak akan pernah menjadi bintang di kelas.
3. Guru harus menerima siwa apa adanya dan mengkomunikasikan norma yang penting untuk siswa sebagai pelajar. Mereka juga harus mengkomunikasikan ide-ide tentang keterampilan-keterampilan yang berharga untuk siswa. Beberapa siswa bagus dalam membaca, yang lainya dalam matematika, olah raga atau bidang lainya. Yang penting di sekolah dasar adalah dengan menghindari terbentuknya persaingan antara siswa untuk menjadi yang terbaik jika hanya sebagai siswa yang memiliki kesempatan untuk menang (Cohen. 1984). Tugas guru seharusnya fokus untuk memuji siswa dan mengevaluasi usaha, bukan hanya kemampuan . Meskipun tidak semua siswa bisa mencapai nilai 100 % pada sebuah tes, tiap siswa dapat memberikan 100% usaha, dan usaha ini harus di sadari dan diberi penghargaan.
Proses Konseling
Cormier & Hackey (dalam Gibson & Mitchell, 1995:143) mengidentifikasi empat tahapan proses konseling yakni membangun hubungan, identifikasi masalah dan eksplorasi, perencanaan pemecahan masalah, aplikasi  solusi dan pengakhiran. Sedangkan Prayitno (1998:24) menyebutkan bahwa ada lima tahap proses konseling yakni pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian. Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu (1996) mengklasifikasikan konseling perorangan kepada lima tahap yang diawali dari pengembangan tata formasi dan iklim hubungan konseling awal, eksplorasi masalah, mempersonalisasi, mengembangkan inisiatif, mengakhiri dan menilai konseling.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas, terdapat kesamaan pentahapan dalam konseling perorangan. Dapat disimpulkan bahwa proses konseling perorangan dilakukan dalam lima tahap yakni tahap pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian. Adapun teknik-teknik yang dipakai dalam membentuk dan menyelenggarakan proses konseling pada umumnya disebut teknik umum. Sedangkan teknik khusus yaitu teknik-teknik yang diterapkan untuk membina kemampuan tertentu pada diri klien (Prayitno, 1998:28).

proses konseling dan ksioterapi
Terdapat tujuh langkah proses konseling dan psikoterapi yang dijelaskan dalam Brammer and Shostrom (1982), yaitu:
  1. Tahap 1: membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien
Tujuan tahap ini adalah memungkinkan klien mengemukakan masalahnya dan mengetahui sejauh mana klien menyadari perlunya bantuan dan menyiapkan dirinya dalam proses konseling. Strategi yang dapat digunakan: menyambut klien dengan hangat, membantu klien menjelaskan inti masalah yang dialaminya
  1. Tahap 2: membina hubungan
Tujuan dari tahap ini adalah membangun suatu hubungan yang ditandai oleh adanya kepercayaan klien atas dasar kejujuran dan keterbukaan. Suksesnya konseling ditentukan oleh: keahlian, kemenarikan dan layak untuk dipercayai.
3.     Tahap 3: menetapkan tujuan konseling dan menjelajahhi berbagai alternative yang ada
Tujuan dari tahap ini adalah membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses konseling. Klien diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya.
  1. Tahap 4: bekerja dengan masalah dan tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah ditentukan oleh masalah klien, pendekatan dan teori yang digunakan konselor, keinginan klien dan gaya komunikasi yang dibangun oleh keduanya. Beberapa kegiatan dalam tahap ini: klarifikasi sifat dasar masalah dan memilih strategi, proses problem solving, penyelidikan perasaan klien lebih jauh, nilai dan batas pengekspresian perasaan, mengekpresikan perasaan dalam model aktualisasi.
  1. Membangkitkan kesadaran klien untuk berubah
Pada tahap kelima ini hal yang penting konselor mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran, hal ini bertujuan untuk membantu klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling.
  1. Perencanaan dan kegiatan
Tujuannya adalah membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan kesadaran baru yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya dalam rangka mengaktualisasikan model.
  1. Evaluasi hasil dan mengakhiri konseling
Kriteria utama keberhasilan konseling dan indikator kunci mengakhiri proses konseling dan terapi adalah sejauh mana klien mencapai tujuan konseling.
KEPUSTAKAAN
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher.
Prayitno. 1998.  Konseling Pancawaskita. Padang: FIP

Tujuan Pelayanan Konseling Perorangan
Berdasarkan pendapat Gibson, Mitchell & Basile dapat disimpulkan ada sembilan tujuan dari konseling perorangan yakni:
  1. Tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya  serta mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi pada proses tersebut (seperti perkembangan kehidupan sosial, pribadi, emosional, kognitif, fisik dan sebagainya).
  2. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari hasil-hasil yang tidak diinginkan.
  3. Tujuan peningkatan yakni klien dibantu oleh konselor untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan.
  4. Tujuan perbaikan yakni klien dibantu mengatasi dan/atau menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan.
  5. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba aktivitas baru dan berbeda dan sebagainya.
  6. Tujuan penguatan yakni membantu klien untuk menyadari apa yang dilakukan, difikirkan dan dirasakan sudah baik.
  7. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan kognitif.
  8. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup sehat.
  9. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, mengembangkan konsep diri positif dan sebagainya.
Prayitno (2004:4) menyatakan bahwa tujuan umum layanan konseling perorangan adalah pengentasan masalah klien dan hal ini termasuk ke dalam fungsi pengentasan. Lebih lanjut Prayitno mengemukakan tujuan khusus konseling ke dalam 5 hal yakni fungsi pemahaman, fungsi pengentasan, fungsi pengembangan/pemeliharaan, fungsi pencegahan dan fungsi advokasi.
Fungsi pemahaman akan diperoleh klien saat klien memahami seluk beluk masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif serta positif dan dinamis. Fungsi pengentasan mengarahkan klien kepada pengembangan persepsi, sikap dan kegiatan demi terentaskannya masalah klien berdasarkan pemahaman yang diperoleh klien. Fungsi pengembangan/pemeliharaan merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien. Fungsi pencegahan akan mencegah menjalarnya masalah yang sedang dialami klien dan mencegah masalah-masalah baru yang mungkin timbul. Sedangkan fungsi advokasi akan menangani sasaran yang bersifat advokasi jika klien mengalami pelanggaran hak-hak. Kelima fungsi konseling tersebut secara langsung mengarah kepada dipenuhinya kualitas untuk perikehidupan sehari-hari yang efektif (effective daily living).
Berdasarkan tujuan konseling perorangan yang telah dikemukakan, klien diharapkan akan menjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri: (1) mengenal diri dan lingkungan secara tepat dan objektif, (2) menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, (3) mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, (4) mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan (5) mampu mengaktualisasikan diri secara optimal.

Pengertian Konseling Perorangan
Definisi yang dikemukakan Gibson dan Mitchell sejalan dengan pendapat Dryden (dalam Palmer & McMahon, 1989:39) bahwa konseling perorangan sangat menjaga kerahasiaan klien; konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor; konseling perorangan sebagai proses pembelajaran klien; konseling perorangan adalah sebuah proses teraputik. Lebih lanjut, Dryden menyimpulkan bahwa konseling perorangan membantu klien yang ingin membuat perbedaan dirinya dengan yang lain. Konseling perorangan juga akan sangat membantu konselor dalam membuat variasi gaya teraputik untuk klien yang berbeda.
Konseling perorangan menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah “proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”. Sedangkan George & Cristiani (dalam Gibson & Mitchell, 1995:121) menyatakan beberapa elemen dari definisi konseling perorangan:
One is the notion that counseling is aimed at helping people make choices and act on them. A second is the notion of learning, although there are some sharp differences as to what facilitates learning and how learning occurs. Still another elements is that of personality development, with relatively little agreement as to how personality development is the best facilitated.
Ahli lain yakni Trotzer (2006:394) menyebutkan bahwa konseling perorangan layak untuk delapan hal sebagai berikut:
1. When the client has  a crisis problem that is very complicated, both as to causes and possible solutions; 2. When confidentiality is highly essential to protect the client and others; 3. When working through the meaning of test results in terms of one’s self concept; 4. When fear of talking in a group is so extreme that the person does not seem to be able to get started in the group; 5. When an individual is grossly ineffective in relating to his peers and sets off such a strong immediate reaction that the group is more likely to be rejective that acceptant; 6. When a person’s awareness and understanding of his or her own feelings, motivations, and patterns of behavior are very limited or so complicated that he or she feels lost and unable to share in a group; 7. When sexual behavior, particularly of a deviant nature is involved; 8. When one’s need for attention and recognition is too extreme to be managed in the group situation.
Berdasarkan pendapat Trotzer dapat disimpulkan bahwa konseling perorangan cocok untuk klien dengan krisis permasalahan yang sangat komplit; melindungi kerahasiaan klien dan yang lain; memaknai hasil tes pribadi; ketika klien takut berinteraksi dalam kelompok; ketika klien kesulitan berhubungan dengan teman sebaya dan adanya penolakan dari kelompoknya; ketika klien menyadari bahwa perasaan, motivasi dan pola perilakunya terbatas; ada perilaku seksual menyimpang dan ketika klien membutuhkan perhatian dan pengakuan dari kelompoknya.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa  konseling perorangan yang dimaksud memuat beberapa hal yaitu (1)usaha membantu klien/ sebuah proses teraputik  dalam upaya mengentaskan permasalahan (2) menjaga kerahasiaan klien; (3) konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan konselor; (4) proses membelajaran klien; (5) pelaksanaannya dilakukan secara tatap muka; (6) tujuannya agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang dialaminya.
KEPUSTAKAAN
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher.
Trotzer, James P. 2006. The Counselor and the Group. New york: Routledge.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua. Jakarta: Rineka Cipta.
Palmer, Stephen., McMahon, Gladeana. 1989.  Handbook of counseling. Routledge: London  and Newyork.
Belkin, Gary S. 1975. Practical Counseling in the School. USA: Wm. C. Brown Company Publishers



Keterampilan Konselor
Gibson dan Mitchell (1995:150) menyebutkan ada empat keterampilan konseling yakni keterampilan komunikasi, keterampilan diagnostik, keterampilan memotivasi dan keterampilan manajemen.
  • Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri atas dua yakni keterampilan komunikasi nonverbal dan keterampilan komunikasi verbal. Gazda, Asbury, Balzer, Childers and Walters (dalam Gibson danMitchell(1995:150)
membagi keterampilan komunikasi nonverbal atas empat keterampilan yakni perilaku komunikasi nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik perhatian; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara, kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
Keterampilan komunikasi verbal yang penting adalah mendengar, memberi respon balikan dan mengajukan pertanyaan (Gibson & Mitchell, 1995:154). Mendengar adalah persyaratan komunikasi verbal yang efektif. Cavaugh (Gibson & Mitchell, 1995:154) menyatakan bahwa “listening is the basis of a counselor’s effectiveness”. Selanjutnya, dengan keefektifan mendengar maka akan dapat dilakukan respon balikan terhadap perilaku, perasaan, perhatian, aksi, ekspresi klien. Dalam mengajukan pertanyaan pun harus digunakan bentuk pertanyaan terbuka yang akan memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan, merinci pembicaraan dan memperoleh pemahaman baru.
  • Keterampilan Diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien, memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relefan. Konselor harus terampil dalam menggunakan pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar untuk mendiagnosa klien.
  • Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi klien.
  • Keterampilan Manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur proses membantu klien bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam proses konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan seorang konselor. Menentukan poin dan metode mengakhiri konseling, tindak lanjut dan mengevaluasi merupakan tanggung jawab konselor.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher.

A. Bimbingan Karir Salah Satu Faktor Yang Dapat Mempersiapkan Siswa Memasuki Dunia Kerja
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu untuk mencapai kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah pemahaman dan peCareer guidance … encompasses all of the service that aim at helping pupils make occupational and educational plans and decisions nyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa ““. Pengertian Tolbert ini mengandung makna bahwa bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa merencanakan karirnya.
Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang berharga melaui proses pendidikan untuk mempersipakn siswa memasuki dunia kerja. Salah satu bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan, program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu. Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana merencanakan masa depan. Artinya siswa mulai dari kelas satu sampai tamat SMK dilatih, dibimbing untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana merencanakan karir sepanjang hidup (career life span).
B. Informasi karir Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Siswa Memasuki Dunia kerja
Makna Informasi karir
Di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang semakin
kompleks, khususnya siswa SMK akan dihadapkan pada berbagai macam kemungkinan pilihan hidup yang penting, seperti pilihan untuk melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan tentang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini menuntut kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang tidak dapat memahami potensi yang dimliki, di duga mereka juga tidak akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir, akhirnya akan mengalami masalah.
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya. Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan pilihan dan tujuan hidup masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan dengan butir-butir berikut:
  1. Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.
  2. Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja
  3. Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
  4. Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.
  5. Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan pekerjaan.
  6. Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.
  7. Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.
  8. Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.
  9. Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
  10. Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
  11. Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja
  12. Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan
  13. Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan
  14. Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan
  15. Ciri-ciri khas tempat kerja

Berikut ini beberapa berkas administrasi Bimbingan Konseling di Sekolah, dapat direvisi sesuai kebutuhan, sumber bahan tercantum dibawah,semoga bermanfaat. SALAM SUKSES

Bimbingan Konseling selain memiliki Program Kerja, juga memiliki silabus dan kisi-kisi yang berfungsi sebagai acuan dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang berbasiskan Kompetensi Siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komponen dan Prinsip Kerja PLTU

Komponen dan Prinsip Kerja PLTU Pembakaran pulverized-coal dengan tangential burners yang dipasang pada empat sudut combustion ...

Adbox

@templatesyard